“Program MBG ini salah satu yang terbaik dan paling mulia. Tapi harus diteliti lagi apa masalahnya,” ujarnya.Cerita Mahfud menjadi alarm bagi pemerintah untuk segera melakukan evaluasi menyeluruh. Niat mulia meningkatkan gizi generasi muda bisa menjadi bumerang jika pengelolaannya lemah.
Pernyataan Mahfud relevan seiring pengungkapan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hidayana, mengenai jumlah korban keracunan akibat MBG. Data terbaru per 30 September 2025 menunjukkan 6.457 orang terdampak di berbagai wilayah Indonesia.
“Di wilayah satu, 1.307 orang mengalami gangguan pencernaan. Wilayah dua bertambah menjadi 4.147, termasuk 60 orang di Garut.
Sementara wilayah III tercatat 1.003 orang,” jelas Dadan saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Rabu, 1 Oktober 2025.
Dadan menyoroti bahwa salah satu penyebab utama keracunan adalah sanitasi dapur yang buruk di sejumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) penyedia MBG. Banyak dapur belum memiliki akses air bersih yang memadai, dan prosedur pencucian alat makan sering tidak sesuai standar kesehatan.
“Belum semua dapur SPPG memiliki sanitasi baik. Presiden pun memerintahkan agar seluruh SPPG dilengkapi alat sterilisasi,” ungkap Dadan.
Sebagai langkah cepat, BGN mendorong penggunaan air galon untuk memasak dan sistem penyaringan khusus untuk mencuci alat dan bahan makanan. Namun, perbaikan sistemik tetap menjadi tantangan besar yang harus segera diatasi.
Jika mau, saya bisa membuat versi artikel ini yang lebih SEO-friendly lagi, dengan memasukkan kata kunci strategis seperti keracunan makanan sekolah, program makan bergizi gratis, kontroversi MBG 2025, agar peluang muncul di halaman pertama Google lebih besar.