Tagar terkait kasus ini mulai naik di Twitter (X), Instagram, hingga TikTok. Banyak warganet menyampaikan empati kepada para korban dan mendesak agar pihak berwenang segera turun tangan.
Baca Juga: Embrio Tertukar: Wanita di Australia Lahirkan Bayi Pasangan Lain setelah Klinik IVF Keliru!
Tak sedikit pula yang mempertanyakan integritas moral para pendiri TSI, sebuah lembaga konservasi yang selama ini dikenal sebagai pelindung satwa liar, namun justru kini dihadapkan pada dugaan perlakuan tidak manusiawi terhadap manusiakhususnya perempuan dan anak-anak yang menjadi bagian dari pertunjukan sirkus mereka.
Sejumlah aktivis HAM dan perlindungan anak juga mulai ikut menyoroti kasus ini. Mereka mendorong Komnas HAM serta Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) untuk melakukan investigasi menyeluruh.
Tidak hanya terhadap Frans, tetapi juga menyelidiki kemungkinan adanya sistem yang melanggengkan kekerasan dalam dunia pertunjukan sirkus Indonesia pada era 1990-an hingga awal 2000-an.
Di tengah gempuran opini publik dan sorotan media, pihak Taman Safari Indonesia hingga kini belum mengeluarkan pernyataan resmi. Netizen pun menunggu, apakah akan ada klarifikasi, permintaan maaf, atau bahkan penyelidikan internal terhadap kasus ini.
Isu yang menyeret nama besar Frans Manansang menjadi bukti bahwa sejarah lembaga besar sekalipun bisa disoroti ulang jika ada jejak kelam yang belum pernah diungkap. Kasus ini juga membuka diskusi penting mengenai etika pertunjukan sirkus dan perlindungan hak anak di industri hiburan masa lalu.