Fikri menjelaskan bahwa semakin jauh posisi seseorang dari sumber bunyi, maka tekanan suara yang diterima akan semakin rendah.
Dalam kasus sound horeg, yang disebut bisa mencapai tingkat kebisingan hingga 130 desibel (dB), ia menyarankan jarak aman yang cukup mengejutkan.
“Dua kilometer,” jawab Fikri ketika ditanya seberapa jauh masyarakat sebaiknya berada agar terhindar dari risiko gangguan pendengaran.
Baca Juga: Heboh di Harlah PKB! Prabowo Sindir Staf Gara-Gara Teh Gantikan Kopi: 'Kopi Itu Senjata Rahasia Saya!'Pernyataan ini membuka ruang diskusi baru dalam wacana publik mengenai sound horeg, menyoroti pentingnya keseimbangan antara mempertahankan budaya lokal dan melindungi hak masyarakat atas lingkungan yang nyaman dan aman bagi kesehatan.
Hingga kini, perdebatan masih berlangsung antara para penggemar sound horeg, seniman lokal, dan otoritas terkait, demi merumuskan solusi bersama yang bisa menjaga nilai-nilai tradisi tanpa mengorbankan kualitas hidup warga sekitar.