MATAJAMBI.COM - Di dunia medis dan nutrisi, kisah ini terdengar seperti fiksi ilmiah, namun kenyataannya tercatat secara sah dalam sejarah kedokteran.
Seorang pria asal Skotlandia, Angus Barbieri, berhasil menjalani hidup selama lebih dari satu tahun penuh tanpa menyentuh makanan padat sekalipun.
Apa yang terdengar mustahil ini sebenarnya merupakan eksperimen medis yang diawasi secara ketat, dan hingga kini masih menjadi studi kasus yang menggugah rasa ingin tahu banyak orang.
Angus Barbieri bukanlah tokoh selebritas atau atlet ekstrem. Ia adalah pria 27 tahun dari Dundee, Skotlandia, yang menghadapi masalah berat badan akut.
Baca Juga: Hanya Butuh 1 Kemenangan Lagi! Timnas U-17 Indonesia Dekat ke Piala Dunia 2025
Pada 1965, berat tubuhnya mencapai 207 kilogram. Dokter memeringatkannya bahwa jika tidak segera melakukan perubahan besar dalam hidupnya, nyawanya bisa berada dalam bahaya serius.
Dalam kondisi terdesak itulah Angus memutuskan untuk mengikuti program puasa ekstrem yang diawasi oleh tim dokter dari Rumah Sakit Royal Infirmary di Dundee. Tujuannya: menurunkan berat badan secara drastis untuk menyelamatkan hidupnya.
Selama 382 hari, dari Juni 1965 hingga Juli 1966, Angus benar-benar tidak mengonsumsi makanan padat. Ia hanya diperbolehkan minum air putih, kopi hitam, teh tanpa gula, serta vitamin dan elektrolit penting seperti kalium dan natrium.
Tim medis memantau ketat kondisi tubuhnya setiap hari, mulai dari tekanan darah hingga kadar gula darah, untuk memastikan proses puasa berlangsung aman.
Baca Juga: Viral di Indonesia! Tarian THR Dituding Mirip Ritual Yahudi, Benarkah?
Keputusannya ini mengejutkan banyak pihak, termasuk komunitas medis. Namun, dengan disiplin tinggi dan pengawasan profesional, Angus berhasil menurunkan berat badannya dari 207 kg menjadi hanya sekitar 82 kg—kehilangan lebih dari 125 kilogram!
Selama menjalani puasa panjang itu, Angus tidak hanya berdiam diri. Ia tetap menjalani kehidupan sehari-hari secara aktif, berinteraksi dengan keluarga dan teman-temannya.
Bahkan, ia sempat dirawat jalan dan sesekali kembali ke rumah untuk beristirahat, sebelum kembali ke rumah sakit untuk pemeriksaan rutin.
Fenomena ini membuat para ilmuwan dan dokter memperhatikan bagaimana tubuh manusia ternyata bisa beradaptasi secara luar biasa dalam kondisi ekstrem, dengan membakar cadangan lemak sebagai sumber energi—sebuah kondisi yang dikenal sebagai ketosis.