Gagasan menjadikan Garuda sebagai lambang negara datang dari Sultan Hamid II, seorang tokoh asal Kalimantan Barat yang juga menjabat sebagai menteri negara pada awal kemerdekaan. Desain awal lambang negara sempat mengalami perdebatan, terutama terkait unsur budaya lokal dan makna simbolik.
Setelah melalui revisi demi revisi, burung Garuda akhirnya resmi ditetapkan sebagai lambang negara pada 15 Februari 1950, di masa pemerintahan Presiden Soekarno.
Penetapan ini menjadi titik penting karena menyatukan berbagai unsur filosofis dan nasionalistik dalam satu simbol yang kini dikenal luas di seluruh penjuru dunia.
Baca Juga: Geger! Oknum Wartawan di Sungai Penuh Peras Kades dengan Ancaman Berita HoaksBagi Indonesia, Garuda bukan hanya sekadar burung dalam gambar. Ia menjadi lambang semangat juang, simbol kemerdekaan, serta perwujudan nilai-nilai luhur yang dijunjung tinggi kebijaksanaan, kekuatan, keberanian, pengabdian, dan kesetiaan.
Garuda Pancasila berdiri tegak dengan 17 helai bulu pada tiap sayapnya, 8 di ekor, 19 di bawah perisai, dan 45 di leher menyimbolkan tanggal kemerdekaan RI: 17 Agustus 1945. Setiap detil memiliki makna yang terangkai rapi, bukan hanya sebagai ornamen, tetapi narasi sejarah yang hidup.