JAKARTA, MATAJAMBI.COM - Di tengah tuntutan profesi yang berat dan risiko yang besar, para hakim yang tergabung dalam Solidaritas Hakim Indonesia menyuarakan keluh kesahnya terkait gaji dan kesejahteraan mereka. Dalam audiensi dengan pimpinan DPR di ruang Komisi III DPR, Senayan, Jakarta, Selasa 8 Oktober 2024, para hakim ini mengungkapkan ketidakpuasan terhadap besaran gaji yang dinilai tidak mencukupi untuk hidup layak. Salah satu hakim bahkan mengibaratkan bahwa gajinya hanya setara dengan uang jajan putra selebriti Raffi Ahmad, Rafathar, selama tiga hari.
Audiensi ini dihadiri oleh empat pimpinan DPR, yakni Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad, Adies Kadir, Saan Mustopa, dan Cucun Ahmad Syamsurijal. Koordinator Solidaritas Hakim Indonesia yang hadir, menyampaikan langsung bahwa para hakim merasa kurang diperhatikan dalam hal kesejahteraan.
Salah satu koordinator Solidaritas Hakim Indonesia menyuarakan keprihatinannya atas kondisi para hakim saat ini. Ia menegaskan pentingnya memperhatikan kesejahteraan hakim agar keadilan tetap bisa ditegakkan di Indonesia.
"Kami meminta kepada pemangku kebijakan, agar kesejahteraan kami diperhatikan. Supaya keadilan tetap tegak di muka bumi Indonesia," ujarnya dalam audiensi tersebut.
Baca Juga : Akhirnya Sandra Dewi Dipanggil Sebagai Saksi dalam Sidang Kasus Korupsi Harvey Moeis, Aliran Dana dan Aset Mewah Terungkap
Ia menambahkan bahwa gaji yang diterima oleh para hakim saat ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka dan keluarganya. "Gaji kami saat ini setara dengan uang jajan Rafathar, anak selebriti Raffi Ahmad, selama tiga hari," ujarnya sambil menyoroti tanggungan yang harus dipenuhi oleh para hakim, seperti anak, istri, dan orang tua.
Kisah yang lebih menyedihkan datang dari Aji Prakoso, seorang hakim di Pengadilan Negeri (PN) Sampang. Aji bahkan tak mampu menahan tangis saat menyampaikan pengalamannya di hadapan pimpinan DPR RI. Ia menceritakan bahwa dirinya dan rekan-rekannya seringkali harus menghadapi dilema antara tugas profesi dan kebutuhan keluarga.
Aji mengungkapkan bahwa salah satu temannya yang bertugas di Kepulauan Buru, Maluku, hanya bisa pulang ke kampung halamannya setelah empat tahun bekerja. Ia sendiri mengalami pengalaman pahit ketika tidak bisa menghadiri pemakaman orang tua istrinya lantaran kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan.
"Sebelum di Madura, saya ditugaskan di salah satu kabupaten di Provinsi Jambi. Orang tua istri saya meninggal, Pak. Kami tidak bisa hadir di pemakamannya. Jadi ini bukan hanya cerita saya, banyak rekan hakim lain yang juga mengalami hal serupa," kata Aji dengan suara bergetar.
Menurutnya, kondisi ekonomi yang tidak mencukupi juga sering kali menjadi pemicu perpecahan dalam rumah tangga hakim. Banyak hakim yang harus berpisah atau bercerai dengan pasangan mereka karena kesulitan ekonomi.
Aji menegaskan bahwa para hakim tidak meminta untuk menjadi kaya raya. Mereka hanya ingin agar kesejahteraan mereka diperhatikan, terutama dengan risiko tinggi yang melekat pada profesi mereka. Hakim tidak hanya bekerja menghadapi hukum, tetapi juga sering kali menerima ancaman terkait keputusan yang mereka buat.
Baca Juga : Namanya Ikut Terseret dalam Isu Perselingkuhan Paula Verhoeven, Dimas Seto Bikin Konten Singgung Soal Teman Berkualitas
"Saya pernah menangani kasus pembunuhan. Rumah saya bolak-balik diintai, saya harus menginap di kantor karena harus menyusun draf putusan. Istri saya dengan tiga anak kecil di rumah tanpa bantuan asisten rumah tangga karena keterbatasan ekonomi," ungkap Aji.