Metronews

Banjir Depan JBC, Prof. Aswandi Desak Pemerintah Audit Kolam Retensi dan Drainase Secara Menyeluruh dI Kota Jambi

0

0

matajambi |

Sabtu, 12 Apr 2025 16:48 WIB

Reporter : Adri

Editor : Adri

Caption Gambar

Berita Terkini, Eksklusif di Whatsapp

+ Gabung

JAMBI, MATAJAMBI.COM – Genangan air kembali merendam kawasan Simpang Mayang, persis di depan pusat bisnis Jambi Business Center (JBC), memicu keprihatinan banyak pihak. Salah satunya datang dari akademisi sekaligus pakar tata kelola lingkungan dari Universitas Jambi, Prof.

Aswandi, yang menilai banjir ini terjadi bukan sekadar akibat cuaca ekstrem, melainkan karena sistem drainase dan kanal yang usang dan tidak diperbarui berdasarkan perkembangan wilayah serta kondisi iklim terkini.

Menurut Prof. Aswandi, infrastruktur saluran air di area tersebut sudah tidak lagi sesuai dengan kebutuhan wilayah perkotaan modern. Kanal yang dibangun bertahun-tahun lalu tidak didasarkan pada analisis hidrologi mendalam dan tidak mempertimbangkan kemungkinan hujan ekstrem jangka panjang.

“Desain awal kanal itu dibangun tanpa studi komprehensif mengenai pola curah hujan jangka panjang. Padahal, standar internasional saat ini menyarankan perencanaan drainase menggunakan pendekatan periode ulang—misalnya setiap 10, 25, hingga 50 tahun,” jelasnya.

Baca Juga: Lisa Mariana Ungkap Hubungan Rahasia dengan Ridwan Kamil: Dari Perkenalan, Kehamilan, hingga Rasa Ditinggalkan

Ia menegaskan bahwa pendekatan berbasis sains sangat dibutuhkan agar saluran air mampu menampung debit hujan ekstrem yang jarang terjadi namun berpotensi menyebabkan bencana besar.

Perencanaan infrastruktur air yang tahan banjir memerlukan analisis hidrologi jangka panjang sebuah metode yang menggunakan data historis curah hujan untuk memperkirakan volume dan intensitas air hujan di masa depan.

Dengan perhitungan tersebut, kapasitas saluran air dan kolam retensi bisa dirancang untuk menampung air dari kejadian hujan ekstrem yang diprediksi hanya terjadi sekali dalam dua dekade atau lebih.

“Kalau pendekatan ini diterapkan sejak awal, kota Jambi seharusnya sudah memiliki sistem drainase yang mampu mengelola lonjakan debit air saat curah hujan tinggi. Tapi nyatanya, sistem kita sekarang lumpuh begitu hujan turun deras satu-dua jam,” tutur Prof. Aswandi prihatin.

Baca Juga: Wabup Muaro Jambi Tegaskan RPJMD 2025–2029 Harus Rampung Tepat Waktu, Ini Target dan Prioritasnya

Ia juga menambahkan bahwa perubahan iklim global telah menyebabkan anomali cuaca yang tak bisa diabaikan. Intensitas hujan ekstrem kini menjadi lebih sering terjadi, sehingga kota-kota di Indonesia termasuk Jambi harus bersiap menghadapi tantangan lingkungan yang lebih berat.

Selain sistem kanal, Prof. Aswandi juga memberi perhatian khusus pada keberadaan kolam retensi yang ada di dalam kawasan JBC. Menurutnya, kolam tersebut semestinya berfungsi sebagai penyangga lokal untuk menampung limpasan hujan dari kawasan seluas sekitar 7 hektare, bukan menjadi bagian dari jaringan drainase kota secara menyeluruh.

“Kolam retensi itu dibangun untuk menahan limpasan air dari lingkungan JBC, tapi saat ini fungsinya bercampur dengan sistem drainase umum. Akibatnya, ketika hujan deras mengguyur, kolam tersebut menerima beban ganda dan tidak sanggup menampung air,” tegasnya.

Ia menyarankan agar kolam retensi milik JBC diisolasi dari sistem utama kota, agar kejadian limpasan berlebih tidak membebani jalur air lainnya yang sudah kritis.

Share :

KOMENTAR

Konten komentar merupakan tanggung jawab pengguna dan diatur sesuai ketentuan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Komentar

BERITA TERKAIT


BERITA TERKINI


BERITA POPULER