MATAJAMBI.COM – Kurangnya waktu istirahat malam tak hanya membuat tubuh terasa lelah, tetapi juga membawa dampak serius terhadap kesehatan otak.
Pakar neurologi dan sejumlah studi terbaru mengungkapkan bahwa kekurangan tidur berulang bisa memicu gangguan kognitif hingga meningkatkan risiko terkena penyakit neurodegeneratif seperti Alzheimer.
Tak sedikit orang yang masih menganggap tidur sebagai kebutuhan sekunder. Padahal, menurut para ahli kesehatan, tidur merupakan proses biologis penting yang tidak boleh diabaikan. Ketika tubuh tidak mendapatkan waktu tidur yang cukup, sejumlah fungsi utama dalam otak akan terganggu secara signifikan.
Salah satu efek langsung dari kurang tidur adalah terganggunya fungsi memori. Selama kita terjaga, otak terus menyerap informasi dari lingkungan sekitar.
Baca Juga: Lagu Dipakai Ariel NOAH, Tapi Royalti Titiek Puspa Tak Kunjung Dibayar? Ini Kata Ahmad Dhani
Namun, tanpa tidur yang cukup, proses konsolidasi memori terganggu. Alhasil, informasi yang didapat pada siang hari tidak bisa disimpan dengan baik, bahkan berisiko terlupakan.
Selain itu, kecepatan otak dalam memproses informasi juga ikut menurun. Orang yang mengalami defisit tidur umumnya kesulitan berkonsentrasi, lambat dalam mengambil keputusan, dan cenderung ceroboh saat melakukan tugas-tugas sederhana.
Dampak lain yang tak kalah serius adalah terganggunya kestabilan emosional. Kurangnya tidur membuat bagian otak bernama amigdala menjadi lebih reaktif. Kondisi ini menyebabkan seseorang lebih mudah tersinggung, cemas, hingga mengalami perubahan suasana hati yang ekstrem.
Dalam jangka panjang, kekurangan tidur secara konsisten bisa meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental seperti kecemasan berlebih dan depresi.
Baca Juga: Kenapa Habis Makan Langsung Lemas dan Mengantuk? Ini Jawaban Ilmiahnya!
Saat kita tidur, otak secara alami membersihkan racun dan sisa metabolisme melalui sistem glikmatik. Salah satu zat yang dibersihkan adalah beta-amyloid protein yang diyakini berkaitan erat dengan penyakit Alzheimer.
Jika waktu tidur terganggu terus-menerus, pembersihan ini tidak berjalan optimal dan racun-racun tersebut akan menumpuk.
Penumpukan ini bisa memicu inflamasi dan mempercepat kerusakan jaringan otak, terutama pada orang lanjut usia.
Dalam kasus ekstrem, seseorang yang tidak tidur dalam waktu lama dapat mengalami gangguan persepsi hingga halusinasi. Otak yang kelelahan kehilangan kemampuannya dalam membedakan realitas dan ilusi, yang bisa memicu disorientasi hingga gejala mirip psikosis.