Metronews

Turbulensi Asuransi Dunia Tak Terhindarkan, Indonesia Siap Hadapi Badai Lanjutan?

0

0

matajambi |

Minggu, 18 Mei 2025 11:36 WIB

Reporter : Adri

Editor : Adri

Caption Gambar

Berita Terkini, Eksklusif di Whatsapp

+ Gabung

MATAJAMBI.COM - Tahun 2024 menjadi masa yang penuh tantangan bagi sektor asuransi umum. Guncangan dan ketidakstabilan ekonomi yang melanda pasar internasional hingga kawasan Asia menjadi faktor utama yang menekan performa industri ini.

Ketua Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Budi Herawan, mengungkapkan bahwa gejolak yang terjadi di sektor asuransi global turut menyeret pasar Asia, termasuk Indonesia, ke dalam pusaran tekanan yang signifikan.

“Bencana alam berskala besar di berbagai belahan dunia membuat perusahaan asuransi global harus menyesuaikan arah investasi karena meningkatnya nilai klaim.

Hal ini memicu dampak berantai yang turut memengaruhi perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia. Konsekuensinya, harga premi naik dan tingkat risiko turut membengkak,” jelas Budi.

Baca Juga: Mengapa Minum Obat Harus Disertai Makanan? Ini 5 Alasannya yang Wajib Anda Tahu

Ia menambahkan bahwa tekanan ini turut memicu pelemahan pada sisi hasil underwriting. Selain itu, perusahaan harus meningkatkan alokasi untuk cadangan premi dan klaim, yang pada akhirnya berdampak negatif terhadap perolehan laba.

Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), industri asuransi umum pada 2023 masih mampu mencetak keuntungan bersih setelah pajak sebesar Rp7,80 triliun.

Namun, pada 2024, industri ini justru mencatat kerugian besar mencapai Rp10,14 triliun, atau anjlok lebih dari 197,8 persen secara tahunan.

Di sisi lain, secara global, kerugian yang harus ditanggung oleh sektor asuransi akibat rangkaian bencana alam sepanjang 2024 mencapai US$137 miliar atau sekitar Rp2.219 triliun.

Baca Juga: Diam-Diam Menguras Mental! 5 Kebiasaan Sehari-Hari yang Bikin Hidup Semakin Lelah

Informasi tersebut merujuk pada laporan dari perusahaan reasuransi Swiss Re, yang mencatat tren kenaikan kerugian asuransi dalam lima tahun terakhir sebesar 5%–7% setiap tahunnya.

Bila tren ini terus berlanjut, Swiss Re memproyeksikan bahwa total kerugian pada 2025 bisa menembus angka US$145 miliar.

Apabila prediksi tersebut benar, maka tahun 2025 berpotensi tercatat sebagai salah satu tahun dengan nilai kerugian tertinggi dalam sejarah industri asuransi.

Sebagaimana yang terjadi dalam beberapa tahun belakangan, mayoritas kerugian asuransi di tingkat global masih didominasi oleh secondary perils atau bencana alam dengan skala menengah hingga kecil yang frekuensinya tinggi dan sering luput dari perhatian utama.

Share :

KOMENTAR

Konten komentar merupakan tanggung jawab pengguna dan diatur sesuai ketentuan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Komentar

BERITA TERKAIT


BERITA TERKINI


BERITA POPULER