Metronews

Perbandingan Vape dan Rokok Konvensional: Mana yang Lebih Aman Menurut Riset?

0

0

matajambi |

Kamis, 29 Mei 2025 22:05 WIB

Reporter : Adri

Editor : Adri

Caption Gambar

Berita Terkini, Eksklusif di Whatsapp

+ Gabung

MATAJAMBI.COM - Produk tembakau alternatif seperti rokok elektrik atau vape kerap dituding menjadi gerbang awal kebiasaan merokok, namun klaim tersebut ternyata belum terbukti secara ilmiah.

Ketua Asosiasi Personal Vaporizer Indonesia (APVI), Budiyanto, menyampaikan bahwa berdasarkan fakta di lapangan, rokok elektrik justru digunakan oleh perokok dewasa yang ingin menurunkan konsumsi rokok konvensional mereka.

Ia menekankan bahwa produk ini tidak ditujukan bagi remaja atau individu yang bukan perokok.

“Dari segi desain dan fungsinya, produk ini memang dikembangkan sebagai opsi bagi perokok dewasa yang sedang mencari alternatif dengan risiko yang lebih rendah dibandingkan rokok biasa,” jelas Budiyanto dalam keterangan resminya, Rabu28 Mei 2025.

Baca Juga: Bupati Muaro Jambi Teken MoU Program Makan Bergizi Gratis, Dukung Akselerasi Pembentukan Koperasi Desa Merah Putih

APVI pernah bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk melakukan studi terkait potensi risiko penggunaan produk tembakau alternatif.

Riset tersebut menunjukkan bahwa dibandingkan rokok, tingkat paparan senyawa berbahaya dari produk alternatif ini jauh lebih rendah, terutama yang berkaitan dengan efek terhadap sistem pernapasan.

“Bukan berarti produk ini bebas risiko. Tapi tingkat bahayanya lebih rendah dan tetap perlu digunakan secara bijak,” tambahnya.

Menurut hasil uji laboratorium BRIN, kadar sembilan senyawa berbahaya yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) seperti acetaldehyde, acrolein, benzene, benzoapyrene, 1,3-butadiene, karbon monoksida (CO), formaldehyde, N-nitrosonornicotine (NNN), dan NNK, tidak ditemukan atau jauh lebih sedikit dalam produk tembakau alternatif dibanding rokok konvensional.

Baca Juga: 5 Hewan Peliharaan Ini Bisa Hidup Lebih Lama dari Manusia! Nomor 2 Bisa Mencapai 200 Tahun!

Temuan ini akan dijadikan landasan oleh APVI untuk memperkuat edukasi publik, khususnya kepada perokok dewasa yang tengah mencari alternatif berhenti merokok. Selain itu, hasil riset ini juga akan disampaikan kepada pemerintah sebagai bahan pertimbangan dalam menyusun kebijakan berbasis ilmiah.

Studi sistematis bertajuk “Electronic cigarettes and subsequent cigarette smoking in young people”, yang dipublikasikan pada Januari 2025, turut memperkuat temuan tersebut. Dalam penelitian itu, para peneliti mengkaji 123 studi dengan total partisipan sekitar 4 juta orang berusia di bawah 29 tahun yang tersebar di Amerika Serikat, Kanada, dan Eropa Barat.

Hasil analisis menunjukkan bahwa saat penggunaan rokok elektronik meningkat, angka perokok justru menurun. Sebaliknya, pembatasan akses terhadap produk ini di beberapa negara justru beriringan dengan kenaikan tingkat perokok baru.

Meski sebagian kecil studi mencatat hasil yang berlawanan, tren penurunan merokok tampak cukup dominan.

Share :

KOMENTAR

Konten komentar merupakan tanggung jawab pengguna dan diatur sesuai ketentuan Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE).

Komentar

BERITA TERKAIT


BERITA TERKINI


BERITA POPULER