4. Buat Aturan yang Jelas dan Logis
Banyak orang tua sering melarang, tetapi tidak menetapkan batasan yang tegas. Misalnya, melarang anak main HP terlalu lama, namun tanpa patokan waktu yang jelas. Atau menyuruh tidur awal tanpa menjelaskan manfaatnya.
Sebaiknya, buatlah kesepakatan yang disepakati bersama. Misalnya: “Bagaimana kalau kamu pakai gadget maksimal 2 jam sehari, dan istirahat pukul 22.00 supaya paginya lebih segar ke sekolah?”. Jelaskan alasannya secara logis. Remaja lebih mudah menerima aturan jika mereka diajak bicara dan merasa didengar.
Baca Juga: Prabowo Disambut Yel-Yel Dua Periode di Kongres PSI! Kaesang dan Jokowi Turut Beri Sinyal?
5. Berikan Pilihan, Jangan Paksakan Satu Jalan
Remaja ingin merasa dihargai. Memberikan mereka pilihan dalam berbagai hal, sekecil apapun itu, akan membuat mereka merasa dipercaya. Misalnya: "Kamu lebih suka bantu cuci piring atau sapu halaman?". Dengan begitu, mereka tidak merasa diperintah, tapi diajak bekerja sama.
Jika orang tua hanya memberikan satu opsi, anak bisa merasa terkekang. Hal ini bisa memicu mereka untuk memainkan dua wajah: menurut di depan, namun membangkang di belakang.
Penutup: Ciptakan Hubungan yang Hangat dan Seimbang
Mengasuh remaja bukan soal siapa yang paling benar, tapi tentang siapa yang paling sabar dan bijak. Kuncinya bukan kontrol, melainkan koneksi. Koneksi emosional yang kuat akan memudahkan komunikasi. Remaja akan lebih terbuka jika merasa dipahami, bukan dihakimi.
Sebagai orang tua, tugas kita bukan menciptakan anak yang patuh buta, melainkan membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang bijak, tangguh, dan punya integritas.