Sebuah studi longitudinal yang diterbitkan dalam jurnal Personality and Social Psychology Bulletin meneliti perasaan kesepian di kalangan orang lajang dan menikah selama beberapa tahun. Hasilnya menunjukkan bahwa orang yang lajang tidak selalu lebih kesepian daripada orang yang menikah. Banyak orang yang lajang melaporkan tingkat kebahagiaan dan kepuasan hidup yang tinggi, terutama jika mereka memiliki jaringan sosial yang kuat dan mendukung.
2. Peran Dukungan Sosial
Penelitian lain menunjukkan bahwa dukungan sosial adalah faktor kunci dalam mengurangi kesepian. Dukungan sosial bisa datang dari berbagai sumber, termasuk keluarga, teman, dan komunitas. Orang yang memiliki jaringan dukungan sosial yang kuat cenderung merasa lebih terhubung dan kurang kesepian, terlepas dari status hubungan romantis mereka.
Mitos Tentang Jomblo dan Kesepian
Mitos bahwa semua orang jomblo pasti kesepian berakar pada stereotip dan asumsi yang tidak akurat. Beberapa mitos umum meliputi:
Baca Juga : Ini yang Dilakukan Jessica Mila dan Yakup Hasibuan Agar Terhindar dari Baby Blues Anak Pertama
1. Semua Orang Butuh Pasangan untuk Bahagia
Ini adalah salah satu mitos terbesar. Kebahagiaan adalah pengalaman subjektif yang berbeda untuk setiap orang. Banyak orang menemukan kebahagiaan dalam berbagai aspek kehidupan mereka selain hubungan romantis, seperti karier, hobi, dan persahabatan.
2. Jomblo Berarti Gagal dalam Kehidupan Sosial
Pandangan ini mengabaikan banyaknya orang yang memilih untuk tetap jomblo karena alasan pribadi dan bukannya karena kurangnya pilihan. Keputusan untuk tetap jomblo bisa didasarkan pada berbagai pertimbangan, termasuk prioritas pribadi, aspirasi hidup, dan preferensi individu.
3. Jomblo Itu Sedih dan Terisolasi
Tidak semua orang jomblo merasa sedih atau terisolasi. Banyak orang jomblo yang memiliki kehidupan sosial yang aktif dan memuaskan. Mereka sering kali terlibat dalam berbagai kegiatan sosial, komunitas, dan memiliki hubungan yang mendalam dengan teman-teman dan keluarga.