Baca Juga : Cara Daftar QR Code Pertalite Jelang Pembatasan 1 Oktober, Cek Di Sini!
“Tapi ternyata dia gagal mendidik anak, di kita (Islam) madrasah pertama itu adalah ibunya. Tapi kalau misalnya ternyata kita lihat ending-nya anak ini bukan jadi anak yang baik, menurut aku dia bukan menjadi seorang perempuan yang sempurna, karena dia tidak berhasil mendidik anak ini dengan baik,” katanya.
Dhini juga menekankan bahwa tanggung jawab seorang ibu tidak hanya berhenti di dunia ini, tetapi juga berlanjut di akhirat. Oleh karena itu, peran seorang ibu harus dilihat dari perspektif yang lebih luas dan mendalam.
“Dan pertanggungjawabannya nanti kan bukan cuma di sini (dunia), pertanggungjawabannya itu kan nanti akan di akhirat,” pungkasnya.
Membangun Kekuatan Melalui Dukungan Positif
Dalam menghadapi stigma dan tekanan dari masyarakat, Dhini memilih untuk mengelilingi dirinya dengan lingkungan yang positif. Ia berusaha untuk tetap dekat dengan orang-orang yang bisa memberikan dukungan dan semangat, sehingga ia dapat menepis pikiran-pikiran negatif yang pernah membebaninya.
Dalam perjalanan ini, Dhini menemukan kedamaian dan keyakinan bahwa kesempurnaan seorang wanita tidak hanya diukur dari kemampuannya untuk melahirkan anak, tetapi juga dari bagaimana ia menjalani perannya dengan penuh tanggung jawab dan kasih sayang.*