Baca Juga: Satresnarkoba Batang Hari Grebek Pengedar Sabu di Muara Bulian, Ternyata Juga Pemakai!Sementara kelompok tanpa Google harus menggali lebih dalam dari imajinasi dan pengalaman pribadi, yang membuat ide mereka lebih berwarna.
Penelitian ini juga menilai kualitas ide yang dihasilkan berdasarkan tiga indikator: kegunaan, kebaruan, dan tingkat kreativitas.
Secara umum, kelompok tanpa Google mengungguli kelompok lain pada dua dari tiga kategori tersebut: efektivitas dan kreativitas. Untuk aspek kebaruan, hasilnya lebih bervariasi tergantung konteksnya.
Satu temuan menarik adalah bahwa kelompok non-Google lebih banyak menghasilkan ide singleton, yakni gagasan yang hanya muncul satu kali dan berasal dari satu orang saja. Ini menunjukkan adanya kekayaan gagasan yang tidak saling meniru.
Baca Juga: Satresnarkoba Batang Hari Grebek Pengedar Sabu di Muara Bulian, Ternyata Juga Pemakai!
Sebaliknya, tim yang menggunakan Google cenderung menyeragamkan jawaban dan kehilangan keragaman ide.
Meskipun penelitian ini memberikan pandangan kritis terhadap penggunaan mesin pencari, para ilmuwan tidak serta-merta menyarankan agar kita berhenti menggunakan Google.
Menurut mereka, yang penting adalah memahami kapan dan bagaimana memanfaatkan teknologi tersebut dengan tepat.
“Internet bukanlah musuh. Tapi cara kita memakainya bisa membuat perbedaan besar,” ujar Oppenheimer. Ia menekankan bahwa dalam banyak kasus, kebergantungan terhadap hasil pencarian bisa membuat kita melewatkan solusi yang lebih orisinal dan kreatif.
Baca Juga: Tangis Cristiano Ronaldo Pecah! Diogo Jota Tewas Tragis Usai Baru Menikah
Rekan peneliti lainnya, Dr. Mark Patterson, menambahkan bahwa di tengah laju perkembangan teknologi yang sangat cepat, penting bagi kita untuk tetap berpijak pada nilai-nilai dasar kemanusiaan.
“Setiap minggu selalu ada terobosan teknologi baru. Tapi yang perlu diingat, kekuatan terbesar kita justru ada pada hal-hal yang tidak bisa ditiru oleh mesin keunikan cara berpikir manusia yang tidak seragam dan tidak otomatis. Itu yang membuat kita mampu memecahkan masalah dengan cara yang tak terduga.”
Meski terdengar seperti pesan dari guru TK bahwa kita semua unik dan berharga nyatanya itulah yang jadi kunci agar kreativitas tidak mati di tengah arus informasi yang berulang.