5.Bandara Milan Malpensa (MXP) - Jenewa (GVA)
6. Lanzhou (LHW) — Xianyang (XIY)
7. Osaka (KIX) - Sendai (SDJ)
10. Xianyang (XIY) — Chengdu (CTU)
11. Xianyang (XIY) — Chongqing (CKG)
12. Milan Malpensa Airport (MXP) - Zurich (ZRH)
Baca Juga : Momen Mengharukan Perpisahan Sang Maestro Toni Kroos Bersama Real Madrid, Dihujani Tepuk Tangan dan Tangisan
Berapa kemungkinan terjadinya turbulensi selama penerbangan?Meskipun banyak penumpang mengalami turbulensi ringan, turbulensi parah lebih jarang terjadi. Seperti dilansir surat kabar Inggris, Independent , hanya satu dari 50.000 penerbangan yang terkena dampak turbulensi parah.
Paul Williams, seorang profesor ilmu atmosfer, menjelaskan kepada CNN bahwa ada skala yang dapat digunakan untuk mengukur kekuatan turbulensi. Menurut skala ini, ada tiga jenis turbulensi.
Dengan turbulensi ringan, pergerakan di sekitar kabin masih memungkinkan, sedangkan turbulensi sedang akan membuat sabuk pengaman tetap kencang dan membuat berjalan hampir mustahil.
Baca Juga : Rapat Mendadak, Barcelona Depak Xavi Hernandez, Rupanya Ini Alasannya
Namun, jenis turbulensi terburuk adalah turbulensi parah, yang lebih kuat dari gravitasi dan dapat membuat orang terlempar ke dalam kabin jika mereka tidak mengenakan sabuk pengaman. Turbulensi jenis ini dapat menyebabkan cedera serius, seperti yang terjadi pada penerbangan Singapore Airlines pada 21 Mei lalu.
Turbulensi yang lebih sering terjadi akibat pemanasan global?
Akibat pemanasan global , kita mungkin akan mengalami turbulensi di beberapa rute penerbangan di masa mendatang. Secara khusus, turbulensi parah mungkin akan meningkat secara signifikan di seluruh dunia pada tahun 2080. Namun menurut Williams, hal ini tidak berarti bahwa penerbangan akan menjadi kurang aman. Pesawat dibuat mampu menahan turbulensi terburuk sekalipun. Cara terbaik untuk meminimalkan risiko cedera adalah dengan mengenakan sabuk pengaman setiap saat selama penerbangan.*