MATAJAMBI.COM - Selama ini kita dibombardir dengan gambaran dinosaurus predator seperti Velociraptor sebagai pelari ulung zaman prasejarah, mampu melesat hingga 64 km/jam melintasi medan purba.
Namun, temuan ilmiah terkini menyiratkan bahwa kenyataan bisa sangat berbeda. Kecepatan mereka kemungkinan besar dilebih-lebihkan bahkan hingga empat kali lipat dari yang diyakini selama ini.
Studi dari tim peneliti di Liverpool John Moores University, Inggris, menantang metode lama dalam memperkirakan kecepatan dinosaurus yang berdasarkan analisis fosil jejak kaki.
Masalahnya, metode klasik tersebut mengabaikan satu hal penting jenis tanah tempat jejak itu tercipta, yang umumnya berupa lumpur basah dan lunak.
Baca Juga: Katanya Cuma Aksesori, Eh Taunya Bisa Baca Kesehatan! Dukun Kalah Canggih
“Selama ini kita mengandalkan jejak fosil untuk memahami pergerakan hewan purba. Tapi formula yang digunakan, pada dasarnya dikembangkan dari data mamalia dan tidak mempertimbangkan medan lunak tempat jejak itu terbentuk,” jelas para peneliti.
Untuk menguji akurasi pendekatan ini, para ilmuwan menggunakan burung guinea (guineafowl) sebagai model. Burung ini berjalan dan berlari dengan dua kaki serta memiliki anatomi anggota tubuh yang menyerupai theropoda kecil seperti Compsognathus.
Mereka merekam gerakan burung ini saat berjalan dan berlari melintasi berbagai tingkat kelembapan tanah berlumpur, lalu menganalisis langkah kakinya dengan metode digital.
Hasilnya? Jejak yang terbentuk di lumpur cenderung lebih panjang dan terdistorsi, yang membuat kecepatan yang dihitung berdasarkan rumus lama (seperti formula McNeill Alexander dari tahun 1976) tampak lebih cepat dari realita.
Baca Juga: Bupati Muaro Jambi Hadiri Peringatan 747 Tahun Hari Adat Melayu Jambi, Serukan Pelestarian Budaya Warisan Leluhur
Dalam pengujian, burung yang bergerak sangat lambat di lumpur bisa saja terdeteksi seolah-olah bergerak lima kali lebih cepat.
Ini berarti bahwa banyak rekonstruksi perilaku dinosaurus seperti perburuan atau migrasi cepat yang didasarkan pada kecepatan jejak fosil kemungkinan perlu dievaluasi ulang.
Lebih lanjut, para ilmuwan menekankan bahwa estimasi kecepatan dari jejak kaki tidak cukup akurat untuk digunakan sebagai nilai pasti.
Mereka menyarankan agar interpretasi kecepatan dari jejak fosil digunakan hanya sebagai gambaran kasar, bukan hitungan pasti.