JAKARTA, MATAJAMBI.COM – Anggota Komisi IX DPR RI dari Fraksi NasDem, Nafa Urbach, akhirnya angkat bicara setelah pernyataannya mengenai tunjangan rumah bagi anggota dewan memicu gelombang kritik publik. Ucapan tersebut membuat namanya viral dan menjadi sasaran hujatan warganet.
Melalui akun Instagram pribadinya, Nafa menyampaikan permintaan maaf secara terbuka pada Sabtu 30 Agustus 2025.
Dalam video berdurasi sekitar dua menit, ia tampil dengan kemeja hitam lengan panjang dan menyampaikan permohonan maaf dengan suara bergetar.
“Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarakatuh, salam sejahtera, selamat malam. Dengan segala kerendahan hati dan hormat yang sebesar-besarnya untuk masyarakat Indonesia, saya Nafa Indria Urbach meminta maaf atas perkataan saya yang telah menyakiti hati masyarakat.
Semoga masih ada pintu maaf yang terbuka untuk saya. Sekali lagi saya mohon maaf kepada seluruh rakyat Indonesia,” ucapnya.
Permintaan maaf tersebut datang setelah pernyataannya soal fasilitas dewan, termasuk pengakuannya yang belum pernah menggunakan commuter line (KRL) untuk berangkat ke Gedung DPR/MPR di Senayan, menuai kecaman luas.
Banyak pihak menilai ucapannya tidak sensitif terhadap kondisi masyarakat yang setiap hari mengandalkan transportasi umum.
Meski telah mengakui kesalahan, gelombang kekecewaan publik tampaknya belum mereda. Kolom komentar unggahan Instagram Nafa dipenuhi kritik tajam. Sebagian warganet menilai permintaan maaf itu terlalu terlambat, sementara yang lain mendesak agar dirinya mundur dari kursi legislatif.
“Sudah terlambat minta maafnya, semua keadaan sudah kacau balau karena kalian,” tulis seorang pengguna.
“Maafmu diterima, tapi akan lebih baik kalau mengundurkan diri dari DPR,” imbuh warganet lainnya.
Ada juga komentar bernada sinis yang menyebut permintaan maaf tersebut hanya untuk meredam amarah publik.
“Jadi brief-nya minta maaf biar gak dijarah gitu ya? Wkwk,” tulis akun lain.
Kasus ini menunjukkan betapa cepatnya opini publik bisa berubah menjadi gelombang besar penolakan di era media sosial.
Bagi para wakil rakyat, setiap kata yang diucapkan kini tidak hanya mewakili pribadi, tetapi juga dapat berimbas pada citra lembaga legislatif secara keseluruhan.