MATAJAMBI.COM - Di balik perayaan yang penuh cinta dan romansa, Hari Valentine sebenarnya memiliki sejarah yang jauh dari kesan romantis.
Setiap tahun, tanggal 14 Februari dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang di berbagai belahan dunia. Toko-toko dipenuhi dengan hadiah berbentuk hati, bunga mawar, dan cokelat. Pasangan menghabiskan waktu bersama dalam suasana romantis, sementara media sosial dibanjiri dengan ungkapan cinta.
Namun, tahukah Anda bahwa sejarah Hari Valentine sebenarnya tidak semanis yang dibayangkan? Asal-usulnya justru berakar pada peristiwa kelam dan penuh tragedi yang mungkin tidak banyak diketahui orang.
Lantas, bagaimana peristiwa sejarah yang brutal ini kemudian berubah menjadi perayaan cinta yang kita kenal saat ini? Mari kita telusuri lebih dalam.
Baca Juga: 5 Ide OOTD Valentine ala Artis: Tampil Simpel tapi Glamor seperti Anya Geraldine, Raisa, hingga Syahrini!
Jejak Suram di Roma Kuno
Hari Valentine diyakini berasal dari tradisi yang berlangsung di Roma Kuno, tetapi bukan sebagai simbol cinta. Justru, momen ini terhubung dengan sebuah ritual kuno bernama Lupercalia yang berlangsung dari tanggal 13 hingga 15 Februari.
Selama perayaan ini, para pria akan melakukan pengorbanan hewan, lalu menggunakan kulitnya untuk mencambuk perempuan dengan keyakinan bahwa hal tersebut akan meningkatkan kesuburan mereka. Selain itu, terdapat ritual undian yang mempertemukan pria dan wanita secara acak untuk dipasangkan selama festival berlangsung.
Perayaan ini jauh dari kesan romantis dan lebih menyerupai ritual yang keras dan liar. Namun, beberapa elemen dari festival inilah yang kemudian mempengaruhi terbentuknya Hari Valentine yang kita kenal sekarang.
Asal Usul Nama Valentine
Ada berbagai versi mengenai asal-usul nama "Valentine," tetapi kisah paling terkenal berkaitan dengan seorang pendeta Kristen bernama Valentine yang hidup pada masa pemerintahan Kaisar Claudius II.
Baca Juga: Era Digital Kian Berkembang Pesat, Data Analyst Unggulan Makin Dicari: Yuk, Tambah Wawasan di Bootcamp Excel DQLab!
Kala itu, Claudius II melarang pernikahan bagi para prajuritnya karena percaya bahwa pria lajang lebih cocok untuk berperang dibandingkan mereka yang sudah berkeluarga. Namun, Valentine secara diam-diam menikahkan pasangan yang ingin bersatu meski aturan tersebut berlaku.
Aksinya diketahui oleh pihak berwenang, dan ia akhirnya ditangkap. Dalam masa penahanannya, Valentine dikisahkan telah menyembuhkan seorang gadis buta. Sebelum eksekusinya pada 14 Februari 269 M, ia menulis sebuah surat yang diakhiri dengan tanda tangan "Dari Valentine-mu", yang diyakini sebagai cikal bakal pesan kasih sayang yang kini populer setiap Hari Valentine.
Karena jasanya, Valentine kemudian dihormati sebagai santo oleh Gereja Katolik, meskipun kisah aslinya penuh dengan tragedi.
Meski awalnya merupakan kisah penuh kesedihan, nama Valentine tetap dikenang sepanjang sejarah. Pada Abad Pertengahan, penyair seperti Geoffrey Chaucer mulai mengaitkan Hari Valentine dengan kisah cinta. Dalam salah satu puisinya, Chaucer menggambarkan bahwa pertengahan Februari adalah waktu bagi burung-burung untuk mencari pasangan, sehingga mulai muncul konsep bahwa Hari Valentine adalah momen untuk merayakan cinta.